Well, mungkin dah amat sangat telat untuk menulis resensi film ini. Tapi, meskipun film ini udah cukup lama, The Pursuit of Happyness masih saja mempesona. Film ini bener-bener menceritakan kehidupan. Dan dalam durasinya yang hampir dua jam, kita melihat Chris Gardner (Will Smith) dan anaknya Christopher (Jaden Smith) berulang kali jatuh bangun. Kalo dibikin sinetron Indonesia, mungkin film ini udah jadi ratusan episode.
Kalo soal cerita dari film ini mungkin mas bro sekalian udah pada tahu jalan ceritanya. Tapi banyak hal menarik dari alur cerita film ini. Contohnya ketika Chris naik taksi dengan Jay Twistle seorang manajer Dean Witter. Chris berusaha menarik perhatian Jay dengan permainan rubik yang tidak dapat diselesaikan oleh Jay. Chris pun berhasil menyelesaikan rubik tersebut. Sayangnya meskipun berhasil, Chris tidak memiliki cukup uang untuk membayar taksi. Chris pun melarikan diri dari sopir taksi. Lagi-lagi meskipun berhasil melarikan diri, portable-bone-scanner miliknya tertinggal di stasiun kereta. Dan alat tersebut diambil oleh gelandangan stres yang mengira bahwa portable-bone-scanner milik Chris adalah time machine alias mesin waktu. Di adegan ini, mungkin bila kita menjadi Chris Gardner kita akan berpikir bahwa ini adalah hukuman yg pantas akibat menipu seseorang. Dalam hal ini, Chris menipu sopir taksi dengan tidak membayar haknya. Tapi, bila kita telusuri pada adegan-adegan berikutnya. Well, pasti kita akan berpikir lain.