Archive for the ‘resensi’ Category

Well, mungkin dah amat sangat telat untuk menulis resensi film ini. Tapi, meskipun film ini udah cukup lama, The Pursuit of Happyness masih saja mempesona. Film ini bener-bener menceritakan kehidupan. Dan dalam durasinya yang hampir dua jam, kita melihat Chris Gardner (Will Smith) dan anaknya Christopher (Jaden Smith) berulang kali jatuh bangun. Kalo dibikin sinetron Indonesia, mungkin film ini udah jadi ratusan episode.

Kalo soal cerita dari film ini  mungkin mas bro sekalian udah pada tahu jalan ceritanya. Tapi banyak hal menarik dari alur cerita film ini. Contohnya ketika Chris naik taksi dengan Jay Twistle seorang manajer Dean Witter. Chris berusaha menarik perhatian Jay dengan permainan rubik yang tidak dapat diselesaikan oleh Jay. Chris pun berhasil menyelesaikan rubik tersebut. Sayangnya meskipun berhasil, Chris tidak memiliki cukup uang untuk membayar taksi. Chris pun melarikan diri dari sopir taksi. Lagi-lagi meskipun berhasil melarikan diri, portable-bone-scanner miliknya tertinggal di stasiun kereta. Dan alat tersebut diambil oleh gelandangan stres yang mengira bahwa portable-bone-scanner milik Chris adalah time machine alias mesin waktu. Di adegan ini, mungkin bila kita menjadi Chris Gardner kita akan berpikir bahwa ini adalah hukuman yg pantas akibat menipu seseorang. Dalam hal ini, Chris menipu sopir taksi dengan tidak membayar haknya. Tapi, bila kita telusuri pada adegan-adegan berikutnya. Well, pasti kita akan berpikir lain.

baca selengkapnya

Libur Panjang, ane iseng2 beli dvd bajakan (hihi.. jgn ditiru, but viva bajakan.. hehe :mrgren: ) yang isinya film collection-nya Andy Lau. Nah salah satu filmnya berjudul Full Throttle dan bukannya Charlie’s Angels: Full throttle. Oke, film ini berbeda dengan salah satu film motorcycle favorit saya, yaitu Biker Boyz. Bedanya adalah, kalo di Biker Boyz adu balapnya di trek lurus (Amerika banget yak 😀 ), kalo di film Full Throttle emang bener2 film motor dah cuy. Dan serunya treknya di ambil di jalanan Macau yang emang banyak tikungan dan menjadi sirkuit jalanan yang sering memakan korban. Plus yang lebih asyik motor-motor di film ini full dengan motor2 era 2-tak yang memang lagi jaya di masanya, yaitu sekitar tahun 1995. Sebut saja, Yamaha TZR 250 dan Honda NSR 250 RR maupun yang SP.

Ceritanya klasik, kebut2an motor yang mempertaruhkan harga diri. Joe (Andy Lau) yang selalu gagal tampil di Macau, gara2 SIM-nya dicabut lantaran sering jatoh dan melanggar peraturan lalu lintas. Sebenernya hampir memiliki kesempatan lagi untuk tampil di arena Macau. Sayangnya ketika SIM-nya dah dapet, motor balap yang harusnya bisa jadi jatah dia udah diambil ama temennya sendiri yang belum lama dikenal, David Kwan (David Ng). Padahal pemilik tim balap tersebut adalah bokapnya (biasa, tahun2 segitu lagi jamannya film2 model ratapan anak tiri, dalam hal ini Joe punya nyokap tiri, xixi :mrgreen: ). Joe pun gak terima, dan yah ngajakin balap liar si David dengan kronco-kronco-nya dari tim bokapnya. Balapan liarnya terus terang kereenn abiess. Dan yah, sayangnya lagi ketika si Joe ngebut motornya nginjek kaleng (bisa jadi pelajaran, jangan buang kaleng sembarangan di jalan bisa fatal akibatnya :mrgreen: ). Selanjutnya sesuai dengan penerawangan sodara2 pembaca, Joe cedera parah. Saking parahnya, Joe sampe trauma ngebut naik motor lagi.

baca selengkapnya

Mungkin udah terlambat  untuk menulis resensi film ini. Soalnya film ini udah dirilis di bioskop Indonesia sejak 24 September 2010. Yah lebih baik terlambat daripada nggak memulai sama sekali. Beside, saya mau jujur kalo saya belum nonton wallstreet yang pertama. Ok, back to the topic. Film ini mengisahkan tentang Gordon Gekko (Michael Douglas), yg bebas dari penjara selama 8 tahun karena kasus penipuan penjualan saham/securities fraud dan Jacob Moore (Shia LaBeouf) yang jatuh cinta pada Winnie Gekko (Carey Mulligan), putri dari Gordon Gekko.

Cerita ini bermula setelah tujuh tahun Gordon Gekko keluar dari penjara dan menjadi penulis buku yang berjudul “Is Greed Good (Apakah tamak itu benar, red.).” Jacob yang bekerja di perusahaan Keller Zabel dan mencari investor demi proyek untuk perusahaan United Fusion harus menghadapi kenyataan bahwa Louis Zabel (Frank Langella) yang ia anggap sebagai ayahnya sendiri meninggal bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke kereta yang sedang melintas. Sehingga muncul rumor bahwa  Louis bunuh diri karena harga saham perusahaannya yang anjlok dan mengalami kebangkrutan. Jacob sendiri menduga ada yang tidak beres dengan anjloknya harga saham karena Keller Zabel adalah perusahaan investasi dengan reputasi yang baik.

baca selengkapnya