Surat Untuk Pemerintah: Maaf Kalo Kami Boros BBM

Posted: 7 March 2012 in Louder than a Bomb, Sekedar Coretan
Tags: ,

Yang terhormat Bapak/Ibu instansi Pemerintah,

Assalammualaikum Wr. Wb. Apa kabarnya bapak-bapak dan ibu-ibu yang berada dikursi pemerintahan?? Semoga baik-baik saja. Bagaimana tidak baik, yang saya dengar sebesar 51.4 % Anggaran Belanja Negara digunakan untuk membiayai pegawai pemerintahan. Semoga saja berita yang saya dengar ini salah. Karena saya pun mendengar bila subsidi BBM hanya sebesar 8.7 persen saja. Jumlah yang menurut kebodohan saya cukup sedikit bila dibandingkan pelayanan dari instansi PNS yang saya dan jutaan rakyat kecil terima. Saya cukup mengerti bila bapak/ibu pemerintah mengatakan bahwa subsidi BBM yang besarnya cuma 8.7 % itu tidak tepat sasaran. Saya pun cukup miris dan sakit hati bila melihat mobil-mobil mewah, seperti Nissan Alphard, Toyota Elgrand, Mitsubishi CR-V, dan Honda Pajero (maaf kalo terjadi kesalahan penulisan, karena saya termasuk rakyat kecil yang bodoh) mengisi bahan bakar di SPBU dengan BBM Premium. Sementara saya yang hanya naik motor, dianjurkan oleh pihak pabrikan untuk mengisi dengan Pertamax.

Saya pun cukup mengerti, bahwa dengan angka penjualan kendaraan bermotor yang mencapai 8,7 juta unit tahun lalu tentunya meningkatkan demand masyarakat terhadap BBM bersubsidi. Yang ujung-ujungnya pasti membuat anggaran subsidi BBM membengkak. Tetapi karena saya termasuk salah satu dari jutaan biker di tanah air yang menikmati subsidi BBM, melalui surat ini saya dan mungkin jutaan biker lainnya  hanya bisa meminta maaf. Maafkan bila kegiatan sehari-hari kami membuat bapak/ibu pemerintah pusing tujuh keliling dalam membuat kebijakan subsidi BBM. Saya sadar bahwa saya memang bodoh, karena untuk berpindah tempat dari A ke B yang notabene-nya berjarak hanya sekitar 3 km saja. Saya yang menggunakan sepeda motor pastinya membakar bbm subsidi yang saya beli secara percuma. Mungkin Pak/Bu pemerintah menganggap tindakan saya sangatlah manja. Jarak cuma segitu kok pake motor?? Percayalah pak/bu, setelah tragedi Tugu Tani dan Marini saya yang bodoh ini menganggap bahwa menjadi pejalan kaki sama/lebih bahayanya dengan menjadi seorang biker. Makanya, saya memutuskan menjadi seorang biker. Terlebih sebagai pejalan kaki saya sangat jarang menemukan trotoar yang layak.

‘Kan kamu bisa naik angkutan umum seperti angkot, bis kota atau mungkin busway?? Betul Pak/Bu, sebelum menjadi seorang biker pun saya termasuk pejalan kaki dan pengguna jasa angkutan umum. Meskipun saya mengatasnamakan diri saya sebagai warungbaksosabar, rupanya saya tetaplah manusia biasa yang memiliki keterbatasan dalam hal kesabaran. Yak Bapak/Ibu, stok kesabaran saya sudah cukup habis ketika kendaraan umum yang saya tumpangi biasa mengetem selama satu jam hanya agar penumpangnya melebihi kapasitas kendaraannya. Alasan ini pasti bapak/ibu yang pintar nan pandai bisa memahami, dengan pepatah yang berbunyi “Waktu adalah uang.” Sungguh saya merasa capek, bosan, dan jenuh bila berada di jalanan berjam-jam untuk mobilitas. Alasan lainnya adalah saya pun sudah cukup habis kesabaran ketika uang bulanan saya raib begitu saja oleh ulah para pencopet di kendaraan umum. Hal tersebutlah yang membuat saya pun kehabisan akal, ketika saya yang bodoh ini memiliki pikiran singkat, “kenapa harus membayar lebih mahal untuk naik kendaraan umum sedangkan waktu yang dibutuhkan lebih lama dan tidak nyaman dengan segala realitanya bila dibandingkan dengan naik sepeda motor.”

Bapak/Ibu pemerintah, alasan diatas merupakan alasan pribadi saya yang bodoh ini untuk meminta maaf karena termasuk orang yang menyia-nyiakan BBM bersubsidi yang sepele itu menurut bapak/ibu pemerintah. Saya belum memaparkan curahan hati si Somat, seorang kawan saya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Si Somat selalu mengeluh upahnya sebagai buruh pabrik yang termasuk UMR di suatu daerah katakanlah daerah antah berantah tidak pernah mencukupi untuk biaya hidup sehari-harinya. Padahal si Somat masih merupakan seorang bujangan yang belum memiliki tanggungan anak/istri. Belum lagi kawan saya yang bernama si Mamat, beliau yang sudah memiliki istri kini sering mengeluh pusing delapan keliling. Karena dengan penghasilannya yang memang hanya sedikit di atas UMR, si Mamat hanya bisa menjatah uang belanja harian untuk libako (lima bahan pokok, red.) keluarga kecilnya sebesar Rp. 30,000,00. Jumlah yang dirasa masih “cukup” dengan kondisi harga BBM sekarang ini.

Mengapa pula saya menuliskan curahan hati si Somat dan si Mamat?? Karena mereka lebih pintar dari saya. Mereka yang mengajarkan saya dari pengalamannya ketika harga BBM mulai merangkak naik di waktu dulu dengan bercerita, “Ketika harga BBM naik sebesar xxxx dulu, harga-harga sembako bisa naik sebesar antara 500-xxxx. Bahkan harga ongkos kendaraan umum pun naik pula sebesar xxxx.” Hal tersebut mengingatkan saya dengan pelajaran Ilmu Ekonomi dari sekolah dan kuliah dulu, bahwa ongkos distribusi berpengaruh sekitar 30-50% dari harga barang dan jasa. Maka dari itu, kenaikan harga BBM sebesar 30 persen pastinya bisa berdampak pula dengan kenaikan harga barang/jasa sebesar minimal 30 persen. Maafkan bila saya yang bodoh ini belagak sok pintar dengan berbicara soal presentase.

Di awal surat ini saya sempat menuturkan, bahwa Bapak/Ibu yang terhormat menganggap bila subsidi BBM menjadi tidak tepat sasaran karena banyaknya pengguna mobil-mobil mewah yang juga mengisi BBM kendaraannya dengan premium. Tetapi maaf bapak/ibu pemerintah, saya memang bodoh, saya akui saya memang goblok, tapi saya tidak buta. Memang benar kenyataan di lapangan banyak mobil mewah yang mengisi BBM-nya dengan premium, tapi bila bapak/ibu yang pintar melihat dan berani berkata jujur. Saya yakin bapak/ibu pemerintah akan mengatakan, bahwa mobil pribadi yang berharga terjangkau atau bahkan mobil niaga seperti halnya mobil pick up jumlahnya pasti lebih banyak ketimbang mobil mewah. Sehingga saya yang bodoh ini kembali meminta maaf kepada bapak/ibu pemerintah karena bertanya soal presentase “Berapa sih Pak/Bu rasio jumlah antara mobil niaga dan berharga terjangkau itu terhadap mobil mewah?? Pantaskah kami yang sudah bodoh ini digobloki dengan statement subsidi BBM tidak tepat sasaran??”

Jujur saja Pak/Bu dalam keseharian saya sebagai rakyat kecil, saya lebih sering melihat mobil-mobil seperti kijang tua, pick up L300, angkot, dll yang kesemuanya menggunakan dan hanya butuh BBM premium. Jujur saya jarang sekali melihat mobil mewah seperti Toyota Elgrand apalagi Honda Pajero. Saya lebih sering melihat mobil L300 yang digunakan oleh para agen kelontong untuk mendistribusikan barangnya. Maka dari itu, saya tidak habis pikir bila tanggal 1 April 2012 nanti Bapak SBY akan mengetuk palu kenaikan harga BBM bersubsidi. Saya kehabisan akal menebak-nebak berapa harga minyak goreng curah nanti, berapa harga tempe bungkus di pasar, dan berapa kenaikan harga sambel di warteg nanti. Cukupkah uang belanja istri si Mamat nanti yang “cuma” sebesar 30.000 perak??

Inilah yang membuat Saya, si Somat, dan si Mamat khawatir nan panik mendengar isu kenaikan harga BBM ini. Karena kami bertiga hanyalah rakyat biasa, Haruskah kami merasa iri dengan saudara kami yang nasibnya lebih tidak beruntung dari kami?? Kepada saudara kami yang berhak mendapatkan BLT nanti?? Ah, bagaimana bisa kami bertiga merasa iri.  Saya yang paling bodoh bila dibandingkan dengan si Somat dan si Mamat hanya bisa berpikir, “Kalo Somat dan Mamat yang gajinya UMR dan sedikit di atas dari UMR saja tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari, bagaimana pula dengan saudara saya yang lain, yang berhak menerima BLT nanti??” Bapak/Ibu pemerintah, saya hanya bisa miris membayangkan orang yang lebih miskin dari saya harus mengantri berjubel dan berjuang untuk mendapatkan BLT yang menurut saya akan habis dalam kurun waktu 1-2 minggu bagi mereka.

Oleh karena itu, Bapak/Ibu pemerintah. Saya, si Somat, dan si Mamat kembali hanya bisa merendahkan diri untuk meminta maaf kepada Bapak/Ibu Pemerintah yang pusing tujuh keliling karena ulah kami menghambur-hamburkan subsidi BBM. Kalo boleh jujur, di dalam hati yang paling dalam: saya, kami bertiga, atau mungkin jutaan biker lain mau kok menaiki angkutan umum yang tersedia sebagai sarana mobilitas kami. Hanya saja kami ingin dianggap sebagai penumpang yang layak, bukan layaknya orang menumpang seperti yang saya rasakan di Metromini. Saya mau kok berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sepele, asalkan tersedia trotoar yang layak. Bapak/Ibu pemerintah yang pintar, kami kembali bertanya: Sudah tepatkah kenaikan harga BBM pada 1 April nanti?? Sementara kami belum disediakan transportasi publik dan trotoar yang layak sebagai alternatif sarana mobiltas kami??

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu pemerintah yang telah membaca surat saya yang kelewat panjang dan tak bermutu ini. Kembali saya ucapkan mohon maaf bila kami boros BBM. Saya yakin Bapak/Ibu pemerintah yang pandai ini ………………………………………………………………………………………………………………….

Aduh mohon maaf, saya sampai kehabisan kata-kata karena kebodohan saya. Tapi saya yakin kok, Bapak/ibu pemerintah yang pintar ini bisa mengisi titik-titik tersebut dengan untaian harapan bagi kami yang sedang galau dengan isu kenaikan BBM 1 April 2012 nanti. Sekian dulu surat saya. Wassalam.

Hormat saya,

Comments
  1. vixy182 says:

    kenaikan tarif BBM pasti akan berdampak pd kenaikkan barang lain nya. Kalo BBM blackberry sih ngga pa2 kalo naik 🙂

  2. anharvictor says:

    bbm naek.. Ya tetep aja motor2 kita nenggak bbm..
    Kalo ada pernyataan dari rakyat untuk rakyat
    asal susidi bbm dari mana? Lah yang bayar supsidi siapa?
    Trs yg menghapus.. Supsidi siapa?? Trs ngapain di hapus toh ujung2nya kan dari rakyat?

  3. apa pemerintah mau dengar y?

  4. orang lewat, numpang komen says:

    pemerintah foya2 sedangkan rakyat diminta ngirit !

  5. hdy says:

    Itulah potret Indonesiaku….

  6. nanared says:

    BBM naik,alamat ikat pinggang makin kencang pak
    *sedih gak taw curhat kemana 😦

  7. ya2kzzz says:

    lho kok honda pajero??bukannya mitsubishi bro..?

    Seperti biasa menggendutkan perut sendiri bro..

    Nitip surat ke asmirandah bro ya.. :mrgreen:

  8. bimo96 says:

    pelajar semakin tercekik..kalo punya supra kyk saya gpp…nah kalo tmen saya yg megang ninja…aduh dipastikan…sebel dia 😀 premium oktan 88/7500rupiah 😦

  9. aak says:

    jadi binggung juga ?????tambah banyak yang makan nasi aking ama ubi rebus makan nasi jadi kurang biasa 3 kali bisa2 cuma 1 ampe 2kali begitulah keadaanya mukin gw cuma 1 dari ribuan orang indonesia yang lainnya yang senasib ga sepenanggungan wkkkkkkk boro2 bisa makan roti ama nasi dapet ubi aja udah mujur tapi mau gimana lagi

  10. gogo says:

    rakyat udah terlalu bersabar..

  11. jnakawara says:

    ra ngandel karo pemrentah..!!!

    rakjat sudah sepantasnya hidup makmur..

    Jupiter Z Sang Pewaris Tahta

  12. rusmanjay says:

    kalau mobil mewah isi BBM bersubsidi, sepertinya mobil mewah harus dikenakan juga pajak BBM.

    http://rusmanjay.wordpress.com/2012/04/01/untuk-di-renungkan/

  13. redbike92 says:

    koreksi oom bakso
    Elgrad itu punyanya Nissan bukan Toyota
    Pajero itu punyanya Mitsubishi bukan Honda :mrgreen:

    lha kalau BBM bersubsidi naik, usaha2 rakyat kayak Anter jemput, ojek, becak yang pake motor, angkutan kota, L300 kelontong gimana ya nasibnya…
    yang keparat itu penyelundup bbm yang jual bbm bersubsidi ke luar negeri sama BMW yang isi premium

Leave a comment